Hasil Otopsi Lina Jubaedah Diumumkan: Inilah Silent Killer yang Mengerikan

Jumat, 31 Januari 2020 20:07 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Teka-teki kematian Lina Jubaedah akhirnya terkuak. Kepolisian Resor Kota Bandung telah mengumumkan hasil otopsi dan penyelidikan atas kematian bekas isteri komedian Sule tersebut.

Teka-teki kematian Lina Jubaedah  akhirnya terkuak. Kepolisian Resor Kota Bandung telah mengumumkan hasil otopsi dan penyelidikan atas kematian bekas isteri komedian Sule tersebut. 

Lina meninggal  pada Sabtu, 4 Januari 2020.  Dua hari kemudian makam almarhumah dibongkar lagi dan jenazah Lina diotopsi setelah  anak kandung Lina, Rizky Febian, menganggap  ada yang janggal di seputar kematiannya. Bahkan,  Rizky melaporkan kasus ini sebagai pembunuhan berencana.

Dalam keterangan yang disampaikan Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Komisaris Besar Saptono Erlangga, berdasarkan hasil autopsi pada jenazah Lina ditemukan ada kerusakan sejumlah organ tubuh yang disebabkan oleh penyakit.

"Bahwa kematian saudari Lina Jubaedah almarhum bukan karena adanya kekerasan maupun racun di dalam tubuh. Tapi akibat penyakit yaitu adanya hipertensi yang kronis," kata Saptono, 31 Januari 2020.    Ia mengatakan bahwa hasil otopsi  menemukan tukak pada selaput lendir lambung yang luas. "Ada batu empedu, dan pembesaran pada organ jantung, "ujar Saptono.

Temuan itu sebetulnya sudah bisa diduga sejak awal. Sikap  Rizky yang melaporkan kasus kematian ibunya, bahkan terkesan diperhitungkan matang.  Publik pun cenderung memojokkan Teddy yang justru mendamping Lina selama hidupnya.

Rekam medis
Teddy Pardiyana pernah  mengungkapkan  bahwa pada 21 November 2019, Lina masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena asam lambungnya naik.  Ia sempat diberi obat, dan rupanya Lina masih merasa tak enak badan, sehingga dokter memberikan obat tambahan.

Saat itu kondisinya jauh lebih baik. Hal itu disampaikan Teddy kepada Tribunnews setelah diperiksa polisi Sabtu lalu.  Nah pada 11 Desembe 2019,, Lina  juga mengalami sesak dan dibawa ke Rumah Sakit Santosa untuk menjalani rawat inap selama satu hari.

Selanjutnya: dibilang...
<--more-->

"Dibilang sama, asam lambung juga. Terus yang lainnya sehat, darahnya sempat 220 per diastolik sistolik itu tinggi saja. 220 per 150 kalau enggak salah. Terus paling rendah itu 150 per 110," ujar Teddy .

Angka yang disebutkan  Teddy tersebut  cukup tinggi.  Sebagai patokan sebagai berikut:

Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.
Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan < 80 mmHg untuk tekanan diastolik.
Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Tak usah pusing pula memikirkan angka-angka itu. Yang jelas dokter di  RS Al Islam Bandung telah mendiagnosa bahwa Lina menderita hipertensi.  Penyebab kematian, "Kemungkinan bisa macam-macam. Data di kami riwayat ada hipertensi (tekanan darah tinggi)," ucap dokter Guntur Septapati  dari RS Al Islam.


Pembunuh diam-diam
Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.  Nah, hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular   berbahaya pula.

 

Hipertensi  sering dijuluki  sebagai “silent killer”  karena  gejalanya terkadang tidak dirasakan. Keluhan penderita hipertensi antara lain sakit kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, penglihatan kabur, mudah lelah, dan sakit di dada. Hanya,  tak semua penderita tekanan darah tinggi mengalami gejala itu. 

Angka kematian karena penyakit tersebut cukup tinggi  di Indonesia.  Data Kementerian Kesehatan pada 2016 menunjukkan angkanya  mencapai 23,7  persen  dari 1,7 juta  angka kematian di Indonesia .  Risiko penyakit hipertensi adalah memicu penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes,  dan stroke.

Sesuai survei Kementerian Kesehatan  2018,  prevalensi hipertensi  di Indonesia mencapai 34,1 persen. Diperkirakan   jumlah  penderita  hipertensi di Indonesia sebesar 63 juta orang. Adapun  angka kematian karena hipertensi sebesar  427 ribu.

 

Penderita hipertensi harus rajin minum obat.  Tapi sebagian  penderita hipertensi atau sekitar 13 persen sama sekali  tidak minum obat. Adapun yang tidak rutin minum obat  32,3 persen . Dari hasil survei yang sama,  alasan tidak minum obat yakni merasa sehat (59,8 persen).

Selanjutnya: Kakanya Dea Imut...
<--more-->

Kakaknya  Dea Imut sampai petani
Kalau kita riset sebentar saja, banyak sekali kasus kematian karena hipertensi. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan bisa menimbulkan kematian mendadak. Dalam berita-berita,misalnya, ada orang habis makan durian  meninggal mendadak. 

Seringkali orang meninggal karena hipertensi memang  mengagetkan jika tidak memiliki rekam medis sebelumnya. Berikut ini hanya sebagai  contoh:

  • Kakaknya Dea  Imut
    Kakak artis  Dea Annisa atau yang lebih sering disapa Dea Imut  diperkirakan juga meninggal karena hipertensi. Sang kakak bernama Rakhy Muhammad Bakry atau Rama meninggal dunia d pada 15 Januari 2018.


    Rama  meninggal  pada pagi hari pukul 07.20 diusianya yang masih muda yakni 29 tahun. Sebulan sebelumnya,  ia  masuk ke rumah sakit karena sakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.

    Wartawan Syaifullah
    Polisi  sempat mengotopsi  jenasah wartawan Grup Kompas,  M Syaifullah,  yang meninggal di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Juli 2010.  Hasil otopsi  yang  diumumkan  polisi pada 26 Juli 2010 menunjukkan  pecahnya  pembuluh darah otak atau di kepala bagian belakang disebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

    Sebelumnya Syaiful ditemukan meninggal di rumah dinasnya di Balikpapan sekitar pukul 09.00 Wita. Saat ditemukan jenazah tampak membiru di bagian tubuhnya.
  • Petani Bojonegoro
    Seorang warga Desa Semawot, Kecamatan Sukosewu,  Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur  meninggal dunia mendadak saat berjalan di pematang sawah. Petani bernama  H Ashuri , 68 tahun, itu ditemukan meninggal pada Sabtu, 31 Maret 2018, sekira pukul 16.00 WIB.  

    Diduga penyebab kematian korban karena penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi yang telah lama dideritanya kambuh secara mendadak. Kapolsek Sukosewu, AKP Pujiono menerangkan  bahwa berdasarkan keterangan keluarga, korban mempunyai riwayat penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.

    ****

 

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Pilihan Editor

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua